Aku masuk kerja
lebih cepat 2 hari dari waktu cutiku seharusnya karena ada beberapa pekerjaan
kantor yang harus aku selesaikan, dan setelah tiga hari masuk aku harus
berdinas ke luar kota selama lima hari. Setelah nego, aku akan mendapatkan ganti
hari cuti tersebut yang bisa aku ambil beberapa minggu kemudian maka aku
menyetujuinya. Hal yang cukup membingungkan aku waktu itu adalah aku belum
sempat mempunyai stok ASI (Air Susu Ibu). Aku harus benar-benar berusaha untuk menyiapkan
stok ASI. Langkah pertama yang aku lakukan adalah aku menghitung kebutuhan ASI
selama satu hari satu malam. Selama waktu itu anakku memerlukan lima botol ASI yang
berisi 100 ml. Waktu yang ada aku gunakan sebaik-baiknya untuk memproduksi ASI.
Aku menjaga pola makanan dan minuman ku serta berusaha untuk tidak stress
karena akan berpengaruh terhadap
produksi ASI. Semua ASI tersebut aku simpan di freezer hingga beku, diturunkan
ke kulkas sesuai kebutuha per hari. Alhamdulillah, sampai waktu aku harus
bertugas aku mampu mempunyai stok sebanyak 25 botol, cukup menurut hitunganku.
Untuk dinas kali
ini, selain koper yang berisi baju dan laptop, bawaanku bertambah dengan cooler
bag dan botol-botol serta ice gel. Cooler bag ku hanya cukup untuk menampung 10
botol sehingga aku harus menambah dengan pinjam cooler bag milik teman. Pagi
sebelum ke bandara, aku susui anakku sampai kenyang dan setelahnya aku menambah
stok ASI dengan memerah kembali.
Setelah sampai
di bandara 2 jam kemudian, yang pertama aku cari adalah ruang perawatan bayi.
Aku memerah kembali di ruang itu, memasukkan botol berisi ASI ke cooler bag.
Begitu juga 2 jam kemudian setelah aku sampai di bandara tujuan, yang aku
lakukan adalah memerah ASI dan menyimpan di cooler bag. Di dalam cooler bag
sudah aku isi dengan ice gel yang sudah aku bekukan sehingga mampu menjaga
kondisi ASI tetap segar. Cooler bag yang aku gunakan dengan ice gel beku dapat
menyimpan ASI sampai 16 jam. Sampai kota tujuan, setelah menempuh perjalanan 4
jam, aku chek in di hotel tempat kami
menginap dan kembali memerah ASI.
Awalnya ada
sedikit masalah di kamar hotel, kulkas kamar tidak dilengkapi dengan freezer,
sedangkan ASI di suhu kulkas hanya bertahan beberapa hari, itu artinya ASI di
hari pertama yang susah payah aku kumpulkan akan basi. Aku juga perlu freezer
untuk membekukan kembali ice gel sehingga esoknya dapat kembali menyimpan ASI
hasil perahanku hari itu agar tetap segar.
Aku menemui
bagian restoran hotel dan menanyakan apakah aku dapat menitip ASI ku. Awalnya
petugas ragu dan bingung, namun setelah aku jelaskan dia paham dan membolehkan
aku menitip menyimpan ASI di freezer resto. Aku meminta agar ASI ku diberi
ruang sendiri sehingga tidak bercampur dengan bahan makanan. Oya, setiap habis
memerah ASI, aku selalu melabeli botol ASI dengan nama anakku, tanggal dan jam
aku memerah. Nama anak aku cantumkan agar ASI ku tidak tertukar dengan ASI ibu
lain yang mungkin juga menitipkannya di freezer resto. Tanggal aku cantumkan
untuk mengetahui berapa umur stok ASI tersebut. Jam aku cantumkan untuk
antisipasi jika ternyata botol-botolku tidak mencukupi da nada botol yang blum penuh terisi, maka ASI
perahan di beberapa jam kemudian akan aku gabungkan dengan ASI yang terakhir
aku perah. Untuk menggabungkan dua ASI yang diperah berbeda jam, aku harus
menyamakan dulu suhunya dengan menyimpannya di suhu yang sama. Hal yang aku
lakukan adalah ASI hasil perahan terakhir yang suhunya hangat, aku simpan di
kulkas dan baru aku satukan dengan ASI yang sebelumnya sudah disimpan di kulkas
sampai suhunya sama, kemudian baru disatukan dalam satu botol.
Esoknya ketika
aku bertugas ke kantor, karena di kantor cabang tidak ada kulkas maka aku
gunakan cooler bag yang sudah aku isi ice gel beku untuk menyimpan hasil perahanku
hari itu. Sorenya setelah sampai hotel, aku titip ASI hasil perahanku di
freezer resto. Karena di kantor cabang aku tidak mempunyai ruang khusus, maka
proses memerah ASI terpaksa aku lakukan di kamar mandi setelah sebelumnya aku
pastikan kamar mandi relative bersih. Produksi ASI ku selama bertugas ternyata
melebihi perkiraan. Stok botol yang aku bawa tidak cukup, begitu pula dua cooler bag ku penuh. Dengan
sangat terpaksa dan berurai air mata, sebagian ASI yang akudi aku perah di hari
pertama terpaksa aku relakan, aku buang dan botolnya aku gunakan untuk
menampung ASI hari itu.
Persoalan lain
muncul ketika aku menenteng dua cooler bag di bandara. Aku sempat nyaris
tertahan di bagian pengechekan, ditanya banyak hal mengenai apa yang aku bawa.
Akhirnya aku persilahkan pihak bandara untuk membuka cooler bag dan setelahnya aku dipersilahan membawa
cooler bag ke kabin pesawat. Amazing, aku pulang dari bertugas selama 5 hari
dengan membawa 5 liter ASI perah.
Tetap ASI
exclusive walau ambil tetap bekerja, hal yang sebelumnya mustahil bagiku
ternyata dapat aku lakukan dengan baik. Mobilitas pekerjaan tidak menjadi
hambatan bagi ibu bekerja untuk memberikan ASI. Bagiku selain tetap dapat
memberikan asupan gizi yang baik bagi buah hatiku, tetap memberinya ASI merupakan
salah satu cara kami untuk terus berinteraksi walau aku sedang di luar kota.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar