Jumat, 02 Maret 2018

SATU BANDARA BEDA TERMINAL



Ketika anakku berumur sekitar 1,6 tahun aku mendapatkan tugas untuk survey di kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Senang sekali rasanya karena aku sudah lama ingin berkunjung ke sana, namun cukup berat hati karena aku harus bertugas selama hampir 3 minggu.  Dalam rangkaian tugas itu setelah dari Banyuwangi aku harus juga melakukan survey ke Kabupaten Jember dan Situbondo. Permasalahan yang muncul adalah aku bingung, karena waktunya yang cukup lama, aku ingin sekali membawa serta anakku namun dengan pertimbangan aku sama sekali belum punya bayangan tentang daerah itu dan aku harus berpindah-pindah ke beberapa kabupaten dalam tiga minggu dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Tentu anakku memerlukan waktu untuk beradaptasi di masing-masing daerah.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku putuskan anakku tidak aku bawa. Aku bermaksud menitipkan anakku ke ibu ku di Solo. Kejadian lama terulang, aku tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengantarkan anakku ke Solo. Akhirnya kami memutuskan suamiku yang akan mengantar ke sana.
Dari Jakarta menuju Banyuwangi aku harus transit di Surabaya. Sengaja aku mencari maskapai penerbangan yang sama untuk aku ke Surabaya dan suami serta anakku ke Solo. Setelah browsing beberapa maskapai akhirnya aku mendapatkannya. Aku memilih jam penerbangan yang berbeda 2 jam. Penerbangan ke solo lebih awal dibanding penerbangan aku ke Surabaya. Pertimbangan yang aku ambil adalah menurut pengalaman sebelumnya maskapai ini untuk penerbangan ke Solo dan ke Surabaya di bandara Sukarno Hatta menggunakan terminal yang sama.  Dengan demikian kami masih bersama anakku selama menunggu penerbangan.
Aku membawa satu koper berisi pakaian dan perlengkapan kerja, sedang suami dan anakku masin-masing juga aku siapkan 1 koper pakaian. Suami ku masih harus membawa stroller anakku. Sampai di bandara ternyata kami harus berpisah terminal. Dari petugas bandara aku mendapat informasi bahwa baru seminggu penerbangan ke Solo menggunakan terminal 3 sedangkan untuk ke Surabaya menggunakan terminal 1. Akhirnya kami harus berpisah. Sedih sekali rasanya, apalagi membayangkan tiga minggu kemudian aku baru akan bertemu dengan anankku, tetapi apa daya, semua pilihan ada konsekuensinya.
Suami dan anakku yang penerbangannya lebih awal aku drop dulu di terminal 3. Kami sempat bermain dulu sebentar di luar terminal. Saat itu aku sempat ngobrol dengan pasangan suami istri yang akan berlibur ke Bali. Kebetulan penerbangannya juga menggunakan terminal 3. Tiba saatnya suami dan anakku harus masuk ke terminal karena jadwal keberangkatan tinggal 1 jam lagi. Suami menata kopernya dan koper anakku di atas trolly, melipat stroller dan menaikkan ke trolly serta mengambil anakku dari gedonganku dan mendudukkannya di trolly. Si Ibu yang akan berlibur ke Bali tadi bertanya hendak kemana, aku menjelaskan singkat bahwa anak dan suamiku akan ke Solo sedang aku akan ke Surabaya.
Suami dan anakku berpamitan denganku, ku cium kedua pipi tembem anakku sambil  kuucapkan “jangan menangis ya dan tunggu bunda tiga minggu lagi di rumah mbah Uti di Solo”. Suami bergegas mendorong trolly ke ruang terminal.
Jika ada yang bertanya apakah aku sedih? pasti.  Aku berusaha menahan agar air mataku tidak menetes. Sesaat aku lihat ke ibu yang ada disampingku. Rupanya si ibu sudah berurai air mata,”kau orang hebat dek,aku nggak sanggup jika aku jadi kau”ucapnya kepadaku. “Aku sebenarnya sudah menangis dari tadi Bu”,bisikku dalam hati.