Sabtu, 14 Januari 2017

JANGAN LUPA KASIH LABEL YA




Sudah beberapa kali bayiku aku bawa bertugas ke luar kota. Semasa masih ASI exclusive kami tidak terlalu repot karena tidak perlu menyiapkan makanannya. Ketika aku bertugas sebagai trainer, ruang training tidak selalu berada di hotel  tempat kami menginap. Bahkan beberapa kali cukup jauh.  Dengan waktu istirahat yang terbatas dan kebetulan aku sendirian sebagai trainer maka aku tidak dapat sering kembali ke hotel untuk menyusui. Satu-satunya cara dengan menyiapkan ASI perah untuknya.
Di beberapa kota kecil, agak susah untuk mendapatkan hotel yang dilengkapi dengan fasilitas freezer. Cara yang dapat aku lakukan untuk mempertahankan ASI perahku tetap layak minum adalah dengan menitipkan di freezer resto hotel. Aku selalu menyampaikan bahwa yang aku titipkan adalah ASI yang harus selalu dingin dan tidak boleh terkontaminasi oleh makanan yang lain. Oleh karenanya, aku biasa meminta petugas resto untuk menyediakan ruang khusus di freezer untuk ASI ku. Jika tidak ada ruang khusus untuk ASI ku maka aku akan meminta petugas`resto untuk mengelilingi ASI ku dengan batu es sehingga tidak bersentuhan dengan bahan makanan.
Beberapa kali aku meminta kepada` manager resto untuk diperbolehkan mengechek langsung penyimpanan ASI ku. Walau tidak selalu diperbolehkan namun hal ini pasti aku lakukan. Jika stok ASI yang aku titipkan cukup banyak biasanya aku masukkan beberapa botol ASI yang aku titipkan ke wadah tertutup atau menjadi satu plastik sendiri. Aku biasa memberi label dengan tulisan nama bayi, jam perah dan tanggal. Hal ini untuk memudahkan aku mengatur perputaran stok ASI. ASI yang diperah lebih dulu, akan aku berikan ke bayiku lebih dulu.
Pernah suatu hari ketika aku bertugas di Kabupaten Subang Jawa Barat, saat itu bayiku baru berumur 3,5 bulan. Karena training dilakukan di kantor yang jaraknya sekitar 4 km dari hotel maka aku menyiapkan ASI perah dan aku titip di freezer resto. Entah kenapa aku lupa untuk menempelkan label. Siang hari ketika aku di ruang training dan suami hendak menyiapkan ASI untuk anakku, suami menelponku. Dia menanyakan kenapa ada satu plastic ASi yang isinya hanya sedikit, tidak seperti biasanya. Karena biasanya dalam botol atau plastik ASI yang aku simpan setidaknya berisi 50 ml ASI. Aku kaget saat itu karena seingatku aku tidak menitipkan ASI yang tersimpan di plastik ASI, tetapi semua tersimpan di botol. Beruntung ASI tersebut belum diminumkan ke anakku. Aku kemudian menelpon pihak resto dan meminta untuk mengechek apakah titipan ASI ku jumlahnya masih sama. Ternyata jumlahnya masih sama dengan jumlah ketika tadi pagi terakhir aku menitipkan. Aku meminta kepada petugas untuk mencari informasi apakah ada ibu lain yang juga menitipkan ASI. Akhirnya pihak hotel menyampaikan bahwa memang ada tamu lain yang juga menitipkan ASI ke petugas`resto sebelum mereka melakukan pergantian shift. Karena petugas pagi yang menerima ASI dari ibu lain tadi tidak menyampaikan ke petugas yang jaga siang hari maka mereka tidak mengetahuinya. Aku sempat hampir marah karena keteledoran petugas tersebut yang hampir saja menyebabkan bayiku meminum ASI dari ibu lain, namun pihak management hotel  sudah lebih dulu meminta maaf kepada suamiku. Aku juga sadar, hal tersebut  terjadi bukan murni kesalahan pihak resto, tetapi kami ibu-ibu yang menitipkan ASI juga salah karena tidak menuliskan label nama bayi kami. Sejak saat itu semua botol yang aku gunakan untuk menyimpan ASI selalu aku beri label nama dengan tulisan yang cukup besar.