Rabu, 22 Agustus 2018

SAKSI PERJUANGAN ANTHONY GINTING UNTUK KEMENANGAN INDONESIA



Euphoria Asian Games 2018 telah banyak menyita perhatian masyarakat Indonesia. Diawali dengan pembukaan yang digelar secara spektakuler dilajutkan dengan medali demi medali yang dipersembahkan oleh para atlet Indonesia. Dari semua cabang olah raga yang dipertandingkan, aku paling senang dengan olah raga bulu tangkis. Bersyukur sekali, di Asian Games kali  tim bulu tangkis Indonesia masuk babak final. Permaian yang apik dari para atlet membuat penonton seolah terlibat dalam pertandingan tersebut.

Tim putra Indonesia dibuka oleh atlet Anthony Ginting. Atlet yang berusia 21 tahun ini mengawali karir sebagai pebulu tangkis sejak masih di Sekolah Dasar.  Dari  pertama turun ke lapangan tampak Anthony berjuang mati-matian untuk memperoleh angka. Perjuangan yang luar biasa. Namun sayang, Anthony menderita cedera di kakinya. Cedera ini sangat mengganggu gerak Anthony. Tampil dengan membawa harapan dari jutaan ribu masyarakat Indonesia memberi Anthony semangat luar biasa untuk dapat terus melanjutkan pertandingan.

Kita yang menyaksikan perjuangan Anthony baik secara langsung di Istora Senayan Jakarta maupun dari layar kaca tentu sangat bangga. Seluruh masyarakat berdoa untuk kemenangannya dan Anthony menunjukkan bahwa dia mampu berjuang semaksimal mungkin untuk mewujudkan mimpi masyarakat Indonesia. Di tengah menahan sakit yang luar biasa di kakinya, Anthony terus memberikan perlawanan. Jika saat itu juga Anthony menyerah, mungkin sebagian besar penonton akan maklum. Namun Anthony tidak melakukannya. Dia terus berjuang dengan semangatnya. Tidak menghiraukan keadaannya. Walau akhirnya harus kalah tipis di set ke tiga, perjuangan seorang Anthony sangat luar biasa. Anthony boleh kalah dari lawannya secara angka, namun dia tetap menang dengan perjuangan maksimal yang telah dilakukannya.

Dear Anthony,

Sukses terus dan bravo bulu tangkis Indonesia!

Minggu, 04 Maret 2018

BUAH TANGAN




Apa yang terpikir dari istilah buah tangan? Ya buah tangan adalah istilah yang lazim digunakan untuk menggantikan oleh-oleh, hadiah atau barang bawaan yang menungungkapkan rasa senang atau berterima kasih. Lebih banyak menjurus ke peraaan senang, gembira dan bahagia.
Lain dengan aku, buah tangan yang aku bawa untuk anakku lebih mensiratkan rasa menyesal dan permohonan maaf. Karena buah tangan selalu aku berikan untuk anakku ketika aku menyesali tindakanku padanya atau sebagai ganti permohonan maaf karena aku harus meninggalkannya di rumah.
Beberapa hari lalu, ketika aku pulang kerja sampai di rumah cukup larut, ternyata anakku belum tidur, mungkin dia sengaja menungguku, padahal waktu itu badanku sangat capek sekali sehingga saat dia mengajak main aku sempat bicara dengan nada keras. Itu membuatnya menangis, dia bilang bunda nakal. Sedih sekali rasanya karena aku sama sekali tidak bermaksud melukai hatinya. Namun bocah itu sepertinya menjadi sedih dan malam itu tidak mau tidur bersamaku, dia memilih tidur bersama papanya.
Rasa penyesalan yang sangat besar muncul di hatiku. Ketika bocah mungil itu beranjak mau tidur, aku bilang maafin bunda sayang, dia malah jawab, aku gak suka main sama kamu. Duh….sedihnya….oya sudah hampir enam bulan ini anakku sangat senang dengan mainan dinosarus. Dia mempunyai aneka jenis mainan dalam bentuk binatang purba itu. Nah sebagai permintaan maafku karena kejadian malam itu, aku berencana pulang kerja akan membelikannya mainan dinosaurus dalam bentuk boneka yang cukup besar. Alhamdulillah, setelah keluar masuk beberapa tok mainan, aku mendapatkan boneka dinosaurus berukuran lebih besar dari anakku. Senang sekali dia menyambutku pulang kerja, dia langsung memeluk donosaurusnnya, aku ucapkan “ maafin bunda yang sayang”. Dia menjawab, iya bunda, maafkan kakak juga, kakak gak sengaja marah sama bunda”.
Pernah juga aku harus meninggallkannya untuk ke luar kota lebih dari satu minggu. Rasa hati tak karuan, tapi bagaimana lagi, ini bagian dari pekerjaan yang harus aku jalani. Aku sengaja membelikannya baju dengan motif mobil yang saat itu dia senangi. Permohonan maaf karena meninggalkannya, penyesalan karena tak berada di sampingnya. Kaos itu diterimanya dengan senang, namun dia sempat berucap,  makasih bunda, tapi aku lebih suka bunda di sini tidak pergi”
Oh nak, buah tangan ternyata bagimu bukan sesuai yang menyenangkan.

Jumat, 02 Maret 2018

SATU BANDARA BEDA TERMINAL



Ketika anakku berumur sekitar 1,6 tahun aku mendapatkan tugas untuk survey di kabupaten Banyuwangi Jawa Timur. Senang sekali rasanya karena aku sudah lama ingin berkunjung ke sana, namun cukup berat hati karena aku harus bertugas selama hampir 3 minggu.  Dalam rangkaian tugas itu setelah dari Banyuwangi aku harus juga melakukan survey ke Kabupaten Jember dan Situbondo. Permasalahan yang muncul adalah aku bingung, karena waktunya yang cukup lama, aku ingin sekali membawa serta anakku namun dengan pertimbangan aku sama sekali belum punya bayangan tentang daerah itu dan aku harus berpindah-pindah ke beberapa kabupaten dalam tiga minggu dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Tentu anakku memerlukan waktu untuk beradaptasi di masing-masing daerah.
Dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku putuskan anakku tidak aku bawa. Aku bermaksud menitipkan anakku ke ibu ku di Solo. Kejadian lama terulang, aku tidak mempunyai waktu yang cukup untuk mengantarkan anakku ke Solo. Akhirnya kami memutuskan suamiku yang akan mengantar ke sana.
Dari Jakarta menuju Banyuwangi aku harus transit di Surabaya. Sengaja aku mencari maskapai penerbangan yang sama untuk aku ke Surabaya dan suami serta anakku ke Solo. Setelah browsing beberapa maskapai akhirnya aku mendapatkannya. Aku memilih jam penerbangan yang berbeda 2 jam. Penerbangan ke solo lebih awal dibanding penerbangan aku ke Surabaya. Pertimbangan yang aku ambil adalah menurut pengalaman sebelumnya maskapai ini untuk penerbangan ke Solo dan ke Surabaya di bandara Sukarno Hatta menggunakan terminal yang sama.  Dengan demikian kami masih bersama anakku selama menunggu penerbangan.
Aku membawa satu koper berisi pakaian dan perlengkapan kerja, sedang suami dan anakku masin-masing juga aku siapkan 1 koper pakaian. Suami ku masih harus membawa stroller anakku. Sampai di bandara ternyata kami harus berpisah terminal. Dari petugas bandara aku mendapat informasi bahwa baru seminggu penerbangan ke Solo menggunakan terminal 3 sedangkan untuk ke Surabaya menggunakan terminal 1. Akhirnya kami harus berpisah. Sedih sekali rasanya, apalagi membayangkan tiga minggu kemudian aku baru akan bertemu dengan anankku, tetapi apa daya, semua pilihan ada konsekuensinya.
Suami dan anakku yang penerbangannya lebih awal aku drop dulu di terminal 3. Kami sempat bermain dulu sebentar di luar terminal. Saat itu aku sempat ngobrol dengan pasangan suami istri yang akan berlibur ke Bali. Kebetulan penerbangannya juga menggunakan terminal 3. Tiba saatnya suami dan anakku harus masuk ke terminal karena jadwal keberangkatan tinggal 1 jam lagi. Suami menata kopernya dan koper anakku di atas trolly, melipat stroller dan menaikkan ke trolly serta mengambil anakku dari gedonganku dan mendudukkannya di trolly. Si Ibu yang akan berlibur ke Bali tadi bertanya hendak kemana, aku menjelaskan singkat bahwa anak dan suamiku akan ke Solo sedang aku akan ke Surabaya.
Suami dan anakku berpamitan denganku, ku cium kedua pipi tembem anakku sambil  kuucapkan “jangan menangis ya dan tunggu bunda tiga minggu lagi di rumah mbah Uti di Solo”. Suami bergegas mendorong trolly ke ruang terminal.
Jika ada yang bertanya apakah aku sedih? pasti.  Aku berusaha menahan agar air mataku tidak menetes. Sesaat aku lihat ke ibu yang ada disampingku. Rupanya si ibu sudah berurai air mata,”kau orang hebat dek,aku nggak sanggup jika aku jadi kau”ucapnya kepadaku. “Aku sebenarnya sudah menangis dari tadi Bu”,bisikku dalam hati.