Usia kehamilan
delapan bulan dua minggu aku mengajukan cuti melahirkan dan bersiap untuk
mudik, karena aku berencana melahirkan di kampung halaman ku. Selain karena
agar dekat dengan orang tua, aku juga merasa masih sangat perlu bantuan mereka
untuk merawat bayi mungil ku nanti. Proses kelahiran berjalan dengan normal
melalui oprasi cesar. Setelah dua setengah bulan melewati masa-masa cuti dan
mengurus bayi di rumah, maka tibalah saatnya aku dan bayi ku harus kembali ke
ibu kota, bersiap untuk bekerja dan tentu saja meninggalkannya di rumah selama
jam kerja.
Betapa hebohnya
persiapan kami untuk menempuh perjalanan panjang Solo-Jakarta dengan bayi kami.
Suami ku sudah sibuk menyiapkan semua perbekalan baby selama perjalanan. Satu
tas bayi ukuran besar diisi dengan perlengkapan yang menurut kami sangat vital:
minyak telon, bedak baby, perlengkapan ganti seperti baju, celana, jaket, selimut dan popok. Suami
ku menyiapkan semua dengan cermat . Sepertinya tak mau satu pun terlewatkan. Bayi ku minum ASI saat itu jadi kami tidak
perlu menyiapkan susu formula dan air panas. Proses menyusui dalam kondisi
kendaraan berjalan akan menjadi masalah karena aku sendiri belum pernah
mencobanya. Aku selipkan apron (kain penutup dada ketika menyusui) ke dalam tas
perbekalan bayi. Kain ini akan membantu aku selama aku menyusui di perjalanan
karena meski menggunakan mobil sendiri namun aku tetap merasa risih menyusui di
depan orang. Kebetulan beberapa hari sebelumnya bayi ku sudah aku latih dengan
menyusu ASI dari botol. Caranya adalah aku menyiapkan ASI perah kemudian aku
masukkan di botol susu, ini aku lakukan agar bayi ku terbiasa ketika aku
tinggal kerja lagi. Komitmenku untuk terus memberinya ASI sampai minimal 6
bulan. Botol bayi juga aku siapkan. Untuk antisipasi bayiku kurang keyang
menyusu langsung selama perjalanan karena
kurang nyaman, maka selama perjalanan aku juga memeras ASI dan
menyiapkan di botol yang aku berikan ke bayi ku.
Masalah
berikutnya yang kami hadapi adalah ketika si baby pup, tentu hal ini membuatnya
sangat tidak nyaman. Apalagi kebiasaan selama ini dia akan menangis kencang
ketika popoknya basah dan harus segera diganti. Awalnya kami berencana jika
baby ku menangis karena harus ganti popok maka kami akan berhenti di warung
makan terdekat. Hal yang tak diduga, si
baby sudah menangis kencang dan kami tidak juga menemukan warung makan. Akhirnya
kami memutuskan berhenti di masjid terdekat yang kami temui sembari sholat
dzuhur. Kami terpaksa mengganti popok si
baby di luar masjid yang kami temui dengan alas perlak yang sudah kami siapkan.
Kasian juga baby ku, namun bagaimana lagi kami tidak mempunyai alternative lain
saat itu.
Perjalanan ini
merupakan perjalanan yang sangat berkesan bagi kami karena inilah perjalanan
terjauh pertama yang ditempuh anakku dan Alhamdulillah kami tidak menemukan
kesulitan berarti sampai kami tiba di tujuan, tempat tinggal kami di Jakarta.