Sabtu, 13 Agustus 2016

PERJALANAN PERTAMA MY BABY BOY



Usia kehamilan delapan bulan dua minggu aku mengajukan cuti melahirkan dan bersiap untuk mudik, karena aku berencana melahirkan di kampung halaman ku. Selain karena agar dekat dengan orang tua, aku juga merasa masih sangat perlu bantuan mereka untuk merawat bayi mungil ku nanti. Proses kelahiran berjalan dengan normal melalui oprasi cesar. Setelah dua setengah bulan melewati masa-masa cuti dan mengurus bayi di rumah, maka tibalah saatnya aku dan bayi ku harus kembali ke ibu kota, bersiap untuk bekerja dan tentu saja meninggalkannya di rumah selama jam kerja.
Betapa hebohnya persiapan kami untuk menempuh perjalanan panjang Solo-Jakarta dengan bayi kami. Suami ku sudah sibuk menyiapkan semua perbekalan baby selama perjalanan. Satu tas bayi ukuran besar diisi dengan perlengkapan yang menurut kami sangat vital: minyak telon, bedak baby, perlengkapan ganti seperti  baju, celana, jaket, selimut dan popok. Suami ku menyiapkan semua dengan cermat . Sepertinya tak mau satu pun terlewatkan.  Bayi ku minum ASI saat itu jadi kami tidak perlu menyiapkan susu formula dan air panas. Proses menyusui dalam kondisi kendaraan berjalan akan menjadi masalah karena aku sendiri belum pernah mencobanya. Aku selipkan apron (kain penutup dada ketika menyusui) ke dalam tas perbekalan bayi. Kain ini akan membantu aku selama aku menyusui di perjalanan karena meski menggunakan mobil sendiri namun aku tetap merasa risih menyusui di depan orang. Kebetulan beberapa hari sebelumnya bayi ku sudah aku latih dengan menyusu ASI dari botol. Caranya adalah aku menyiapkan ASI perah kemudian aku masukkan di botol susu, ini aku lakukan agar bayi ku terbiasa ketika aku tinggal kerja lagi. Komitmenku untuk terus memberinya ASI sampai minimal 6 bulan. Botol bayi juga aku siapkan. Untuk antisipasi bayiku kurang keyang menyusu langsung selama perjalanan karena  kurang nyaman, maka selama perjalanan aku juga memeras ASI dan menyiapkan di botol yang aku berikan ke bayi ku.
Masalah berikutnya yang kami hadapi adalah ketika si baby pup, tentu hal ini membuatnya sangat tidak nyaman. Apalagi kebiasaan selama ini dia akan menangis kencang ketika popoknya basah dan harus segera diganti. Awalnya kami berencana jika baby ku menangis karena harus ganti popok maka kami akan berhenti di warung makan terdekat.  Hal yang tak diduga, si baby sudah menangis kencang dan kami tidak juga menemukan warung makan. Akhirnya kami memutuskan berhenti di masjid terdekat yang kami temui sembari sholat dzuhur.  Kami terpaksa mengganti popok si baby di luar masjid yang kami temui dengan alas perlak yang sudah kami siapkan. Kasian juga baby ku, namun bagaimana lagi kami tidak mempunyai alternative lain saat itu.
Perjalanan ini merupakan perjalanan yang sangat berkesan bagi kami karena inilah perjalanan terjauh pertama yang ditempuh anakku dan Alhamdulillah kami tidak menemukan kesulitan berarti sampai kami tiba di tujuan, tempat tinggal kami di Jakarta.