Nak,
tadi malam bunda pulang agak lebih malam dari malam kemarin. Maafkan nak, bunda
sebenarnya juga tidak mau. Tapi bagaiaman lagi nak, banyak yang harus bunda selesaikan.
Ketika tadi malam bunda sampai rumah, bunda tak mendapati kau menyambut dengan
teriakan khas mu “ bundaku sudah datang”.
Kau sudah terlelap dari jam 9 tadi kata mbah Uti. Tidak seperti biasanya Nak, kau tidur lebih
cepat dari biasanya. Mungkin kau capek seharian bermain dengan teman-teman,
sepupu dan mbah Uti. Nak, maafkan bunda lagi. Tadi pagi sewaktu bunda
berangkat, kau masih terlelap karena bunda harus berangkat lebih pagi dari
biasanya. Maaf juga Nak, bunda tidak mencium kening mu. Bukan bundatidak mau Nak,
bukan. Bunda tidak melakukannya karena bunda tidak mau mengganggu tidur mu. Maf
ya nak.
Nak,
kita tinggal satu rumah, satu atap bahkan satu kamar. Tetapi sudah empat hari
kita tidak sempat bersapa sama sekali. Bukan karena kita sedang marahan,
seperti yang sering dilakukan orang dewasa, tapi karena bunda selalu menemuimu
sudah tertidur ketika bunda pulang dan kau masih tidur ketika bunda berangkat.
Nak, mbah Uti sudah sampaikan pesan mu untuk bunda, bahwa kau kangen bunda.
Nak, jangan kau kira bunda tidak kangen Nak, bunda sangat kangen malah. Tapi
sekali lagi, maafkan bunda, bunda masih harus terus meninggalkan mu di rumah
untuk pekerjaan bunda. Bukan sekedar loyalitas Nak, tapi kewajiban.
Nak,
minggu lalu kita punya waktu lebih di banding minggu ini ya, karena minggu ini
memang banyak pekerjaan yang harus bunda bereskan. Maafkan bunda lagi ya nak,
di minggu lalu bunda beberapa kali sempat berkata dengan nada tinggi padamu,
bukan karena bunda tidak sayang Nak, tetapi karena waktu itu bunda capek sekali
dan kau masih ingin main terus dengan bunda. Waktu itu bunda ngantuk sekali Nak,
sehingga bunda pengen cepet tidur. Sedang kau, sengaja tidur malam agar punya
banyak waktu untuk bersama bunda. Kata papa yang hari itu menemani mu, kau
sengaja tidur siang banyak-banyak karena kau ingin agar malamnya kau gak
ngantuk dan menunggu bunda sampai datang. Maafkan bunda yang terpaksa membuatmu
jadi insomnia, hanya untuk menunggu bunda datang.
Senang
Sekali ketika kau menyambutku dengan teriakan khasmu. Kau nampak bahagia waktu
itu, bermain aneka mainan bentuk binatang yang kau punya. Nak, kau sempat
berkata “bunda dinosaurusnya punya anak, dan anaknya selalu ditemeni”. Nak,
kata mu seakan menyindir ku. Nak beribu maaf ya, bunda berkata dengan nada
tinggi pada mu, dan itu membuat kau menangis, tetapi ketahuilah nak, bunda
berusaha sekuatnya menahan air mata, ketika malam itu sebelum kau tidur, tangan
kanan mu memegang dot susu dan tangan kiri mu mengelus rambut bunda. Nak bunda
minta maaf. Bunda berusaha menahan agar air mata ini tidak tumpah karena bunda masih
ingat pedihnya rasa hati bunda ketika kau menjumpai bunda sedang menangis, kau
pegang tangan bunda “jangan nangis bunda, aku sayang bunda, aku ini tidak
nakal, aku hanya ingin ditemani bunda”.
Nak kata-kata itu terasa sangat perih, lebih perih dari waktu kita
bermain masak-masakan dan tak sengaja jari bunda terkena pisau yang kau pegang.
Nak,
jika bunda tidak pulang karena pekerjaan untuk beberapa hari, dan bunda tidak
menelpon mu, itu bukan karena bunda gak mau Nak. Itu bunda lakukan karena
setelah mendengar suara mu, bendungan sungai di mata bunda akan runtuh Nak.
Setelahnya bunda akan menangis sesenggukan di kamar hotel sendirian sambil memanggil mu. Ini berat bagi mu nak, tetapi
seperti yang pernah papa dan bunda
sampaikan pada mu, saat ini kita belum mempunyai pilihan lain. Nak percayalah,
suatu saat nanti semua waktu bunda akan bunda curahkan untuk mu. Nak tahukah
kau, ketika bunda menulis ini, air mata bunda sudah membasahi pipi. I LOVE YOU
SO MUCH NAK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar